Buku yang sempat mengundang banyak perdebatan karena kata
pelacur
ini mengisahkan seorang mahasiswi alim yang juga mantan aktivis sebuah
gerakan Islam dan cerdas. Kirani menjadi tokoh sentral dalam buku:
Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur,
yang kemudian tertarik dan masuk menjadi anggota Jemaah, yaitu suatu
organisasi rahasia yang bertujuan menegakkan syariat Islam dengan
mendirikan negara Islam di Indonesia.
Kirani awalnya tinggal di Pondok Ki Ageng bersama seorang sahabatnya
yang menjadi teman diskusi sekaligus tempat curhat. Di kampus, Kirani
aktif dalam forum kajian yang membahas tentang masalah-masalah
keislaman. Melihat kisah-kisah hidupnya, tak pernah terbayangkan jika
muslimah ini akan terjebak dalam dunia
free sex dan
menjadi pelacur.
Dari forum inilah Kiran mengenal Mas Dahiri, sebuah perkenalan yang akan
mengubah jalan hidup Kirani sama sekali. Bermula dari perkenalan inilah
akhirnya Kiran bergabung dengan jamaah, setelah menjadi anggota Jemaah,
mula-mula Kirani bersemangat melakukan dakwah dan menyumbangkan dana
secara teratur dalam jumlah cukup besar.
Sosok Nidah Kirani digambarkan sebagai
seorang muslimah yang taat, sangat jauh dari kesan seorang
wanita pelacur. Tubuhnya dihijabi oleh
jubah dan jilbab besar.
Kecintaannya pada agama membuat dia memilih untuk hidup yang sufistik.
Dan keinginannya hanya satu yaitu menjadi muslimah yang beragama secara
kaffah.
Tapi di tengah jalan ia diterpa badai kekecewaan. Organisasi garis keras
yang mencita-citakan tegaknya syariat islam di Indonesia yang di
idealkannya bisa mengantarkannya berislam secara kaffah ternyata malah
merampas nalar kritis sekaligus imannya. Setiap tanya yang dia ajukan
dijawab dengan dogma yang tertutup. Berkali-kali di gugatnya kondisi itu
tapi hanya kehampaan yang hadir. Bahkan Tuhan yang selama ini dia
agung-agungkan seperti “lari dari tanggung jawab” dan “emoh” menjawab
keluhannya. Di titik ini, kisah Pelacurannya akan dimulai.
Dalam keadaan kosong itulah dia terjerembab dalam dunia hitam. Ia lampiaskan frustasinya dengan
free sex
dan mengkonsumsi obat-obat terlarang. “Aku hanya ingin Tuhan melihatku.
Lihat aku Tuhan! Kan kutuntaskan pemberontakanku pada-Mu!” katanya
setiap kali usai bercinta yang dilakukannya tanpa ada secuilpun rasa
sesal bahwa
tubuh yang tertutup busana muslimah digunakan untuk melacur.
Dari petualangan seksnya itu tersingkap topeng-topeng kemunafikan dari
para aktivis yang meniduri dan ditidurinya – baik aktivis sayap kiri
maupun sayap kanan (islam) – yang selama ini lantang meneriakkan
tegaknya moralitas. Bahkan terkuak pula sisi gelap seorang dosen kampus
Matahari terbit Yogyakarta yang bersedia menjadi germonya dalam dunia
remang pelacuran yang ternyata anggota DPRD dari fraksi yang selama ini
bersikukuh memperjuangkan tegaknya syariat islam di Indonesia.
Buku Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur ditulis dengan bahasa yang
sederhana, ada beberapa pembaca yang kesulitan karena pada teks-teks
awal, buku ini terasa berat. Namun sang penulis, Muhidin M. Dahlan tentu
sangat piawai mengolah kata dan membangun alur cerita. Kisah-kisahnya
berani dan tidak berbelit.